Beberapa sumber
menyatakan bahwa Islam sudah masuk di Bali pada abad 15 M. Ini dibuktikan, pada
saat Dalem Ketut Ngelesir menjabat sebagai raja Gelgel ke I (1380-1460 M)
pernah mengadakan kunjungan ke kraton Majapahit, saat itu Raja Hayam Wuruk
mengadakan konfrensi kerajaan seluruh Nusantara. Setelah acara tersebut
selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang kenegerinya (Bali) dengan diantar oleh
empat puluh orang dari Majapahit sebagai pengiring, yang konon diantara mereka
terdapat Raden Modin dan Kyai Abdul Jalil. Peristiwa ini dijadikan sebagai
patokan masuknya Islam di Bali yang berpusat di kerajaan Gelgel. Sejak itu
Agama Islam mulai berkembang di Bali, dan terus demikian hingga saat ini,
banyak terdapat makam-makam Islam di sana. Demikian juga terdapat makam para
Da’i, ulama dan pemuka Islam yang pada masa hidupnya dikaruniai Allah Swt
Karomah, sehingga makam-makam mereka juga dihormati, oleh ummat Islam khususnya
maupun juga orang-orang Bali yang mayoritas beragama Hindu. Dari sekian banyak
makam auliya’ di Bali, ada tujuh makam yang sangat menonjol yang terkenal
dengan Sab’atul Auliya’ (wali pitu)
Syiar Islam di Bali memiliki cerita tersendiri.
Meski banyak referensi tentang penyebaran agama Islam di pulau mayoritas
pemeluk Hindu itu, namun sedikit sekali yang pernah mendengar kisah Wali Pitu.
Ketika saya Tour
Bali - Madura (7-9 September
2012) bertanya dalam setiap pertemuan dengan
sahabat- sahabat saya tercinta yang sehobi tentang kisah penyebaran Agama Islam
di Bali ternyata banyak yang tidak mengenal kisah tersebut
Ya, jika di Pulau Jawa terkenal dengan Wali
Songo, maka di Bali ada pula mereka menyebutnya sebagai Wali Allah. Jumlah mereka tujuh orang,
dan lebih dikenal dengan Wali Pitu.
Meski
fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu sendiri bukan
berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu, bukan berarti kiprah
Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di Bali. Dan fakta juga di
Balipun beberapa komunitas aja yang baru mengenal Wali Allah tersebut. Tentunya
dipengaruhi banyak factor dan khususnya factor keyakinan, memang Validitasnya
tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari cerita ke cerita,
namun pejiarah dari Kota-kota besar
Indonesia seperti Bogor, Jakarta, Bandung dan kota-kota besar lainnya meyakini Wali
Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang sangat penting bagi perkembangan Islam
di Bali.
"Artinya tidak salah jika umat muslim mengetahui kiprahnya Wali Pitu sebagai sebagai Wali Allah yang secara tidak langsung sebagai penyebar syiar Islam di Pulau Bali. Dan tentunya kita harus berpegang penuh pada Ajaran Agama Islam sehingga tidak menyimpang dari syariah."
MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat menerima atau tidak keberadaan mereka, merupakan keyakinan masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada masyarakat di zamannya, dalam melakukan syiar Islam.
Ketujuh orang yang disebut Wali Allah atau wali pitu adalah :
- Mas Sepuh Raden Amangkuningrat di Kabupaten Badung.
- Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al Magribi di Tabanan.
- Hhabib Ali Bin abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid di Klungkung,
- Hhabib Ali Zaebal Abidin Al Idrus di Karangasem
- Syech Maulana Yusuf Al Baghdi Al Magribi di Karangasem
- The Kwan Lie di Buleleng
- Habib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana
1 comment
Minta info masing masing yang di katakan wali pitu
Posting Komentar
Terimakasih anda sudah memberi komentar kritik dan saran untuk pengembangan websiteini